Ada 252 Jenis Sate Tradisional di Indonesia, Kecuali Lampung dan Mandar

Ada 252 Jenis Sate Tradisional di Indonesia, Kecuali Lampung dan Mandar
Ket Gambar : Ilustrasi Sate Maranggi Purwakarta. | dok. GoTravelly/Muzzamil

Ada 252 Jenis Sate Tradisional di Indonesia, Kecuali Lampung dan Mandar

Clickinfo.co.id, BANDARLAMPUNG - Baru tahu. Ternyata, di Indonesia ada 252 jenis sate tradisional, kecuali di Lampung dan Mandar.

Sejatinya ini kabar lama. Menyitat reportase jurnalis detikFood, Devi Setya, mengutip rilis situs ofisial Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, edisi Selasa, 21 Juli 2020.

Ialah Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian UGM Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito yang menyebut terdapat sedikitnya 252 jenis sate tradisional di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

Sebagian yakni 175 jenis bisa ditelusuri asal usulnya dan memiliki sejarah lengkap, dan 77 jenis sisanya tak bisa ditelusuri asal usulnya lantaran merupakan makanan hasil kreasi.

Dari sebarannya, 175 ragam yang diketahui asal usulnya itu tersebar hampir di seluruh daerah dari Sabang sampai Merauke, kecuali dua daerah yang tak memiliki sate tradisional yakni Lampung dan Mandar.

"Uniknya dari seluruh daerah yang ditelusuri sebagai pemilik kuliner tradisional sate, kawasan Yogyakarta adalah pemilik ragam sate terbanyak dengan jumlah 21 jenis sate. Diikuti Semarang memiliki 12 ragam sate, Bali dan Pekalongan masing-masing 11 ragam sate tradisional," ujar peneliti Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM tersebut.

Dilihat dari bahan baku utamanya, dari 252 jenis sate ini, ujar Profesor Murdijati, hampir 50 persen terbuat dari daging sapi sebanyak 48,05 persen, selanjutnya sate ayam total 37,66 persen, dan sate kambing 20,77 persen.

Melihat ragam dan sebarannya yang cukup banyak, dari itu penulis buku 'Gastronomi Indonesia' ini menyorong sate menjadi produk kuliner yang pantas menjadi salah satu representasi hidangan Indonesia.

Berbicara pada Diskusi Mengupas Tuntas Strategi Nasi Goreng dan Sate dalam Menembus Citarasa dan Pasar Dunia, rangkaian Festival Kuliner Nasi Goreng dan Sate di Grha Sabha Pramana UGM saat itu, pakar kuliner yang juga meneliti ragam kuliner nasi goreng di Indonesia ini memaparkan ada setidaknya 104 ragam nasi goreng tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

"Dari jumlah ini, 36 ragam nasi goreng bisa ditelusuri asal usulnya, sisanya 59 ragam lain merupakan hasil pengembangan, modifikasi dari nasi goreng yang ada," papar Murdijati, merujuk data penelitian dari penelusurannya yang menunjukkan nasi goreng, yang dalam sejarahnya dulu merupakan makanan orang miskin ini, memiliki asal usul dari Jawa dan Sumatera.

Dimana saja sebaran utamanya, Prof? "Ragam nasi goreng paling banyak di Jawa yakni 20 ragam, tersebar di daerah kuliner Sunda, Betawi, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Jawa Timur bagian utara, dan Jawa Timur bagian selatan," ungkapnya.

Ada pun, dalam riset yang dilakukan, ragam nasi goreng dibedakan sesuai bumbu dan isiannya. Sebut misal, nasi goreng babat gongso populer di Semarang dan Salatiga, nasi goreng Magelangan yang hadir dengan campuran mi, atau nasi goreng Betawi yang kerap diberi campuran daun mengkudu.

Soal sate, sedikit mengipas arang batoknya, sajian kuliner tradisional berupa potongan daging yang ditusuk dengan tusuk sate (biasanya bahan lidi atau bambu) kemudian dibakar dan setelah empuk matang disajikan dengan saus kacang, sambal, dan kecap, atau ditambah dengan acar ini, ada yang menyebut bukan merupakan kuliner otentik Indonesia.

Kuliner populer yang awalnya dibuat dari daging sapi, lalu dalam perkembangannya dikreasikan dengan daging kerbau, daging ayam, ikan, udang, tempe, bahkan jamur, namun masih tetap identik dengan potong bahan yang ditusuk dengan tusuk sate lalu dibakar ini, kemunculannya untuk pertama kali di Indonesia ditemukenali bersamaan dengan datangnya pedagang muslim India, Arab dan negara Timur Tengah lainnya ke Pulau Jawa, pada abad 19.

Situs greatnessindonesia.com menuliskan, mulanya masyarakat Indonesia memasak daging dengan cara direbus. Usai mereka mengenal kuliner kebab dari India yang dimasak dengan cara dibakar, barulah masyarakat Indonesia meniru proses itu.

Diinfokan, bentuk dagingnya yang ditusuk-tusuk, konon juga mengikuti bentuk kebab dari India yang juga disajikan dengan cara senada. Dari situlah masyarakat Indonesia mulai mengenal kuliner berupa sate.

Asal kata sate sendiri, ada dua versi. Ada yang menyebut berasal dari kata bahasa Tamil 'catai' berarti 'daging'. Ada juga yang menyebut berasal dari dialek Minnan, salah satu suku di China yaitu 'sa tae bak' berarti tiga potong daging, asbab makanan ini dibuat dari tiga potongan daging ditusuk dengan tusuk sate lalu dibakar di atas pai arang.

Kala itu, saat pedagang muslim datang ke Jawa, saat itu sate pertama kali mulai dijual oleh pedagang kaki lima di Jawa. Sejak itu banyak masyarakat yang mulai mengenal kuliner sate. Saat itu, sate dibuat dari daging ayam diberi bumbu kacang.

Setelah itu, masyarakat di masing-masing daerah di Indonesia mulai mengadaptasi cara itu dengan proses pengolahan disesuaikan dengan bahan, bumbu, dan selera lokal. Dari itu tak mengherankan bila kelak sate masing-masing daerah lantas punya cirikhas dari jenis daging, bumbu, dan proses memasaknya.

Masih ingat, sate Nusantara milik Indonesia juga pernah masuk urutan ke-14 makanan terlezat di World's 50 Most Delicious Food.

Paling suka sate apa? Sate Ambal Kebumen, sate lembut sate Betawi, sate lilit Bali, sate Madura, sate berfilosofi tiga daging setusuk bermakna Tri tangtu dalam Bahasa Sunda (berarti tekad, ucap dan lampah/tindakan) yang disajikan dengan acar sambal tomat dan oncom serta ketan bakar/nasi timbel: Sate Maranggi Purwakarta, sate Padang (sate daging sapi berbumbu kuning kental), atau sate rembiga Lombok? (Muzzamil)

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment