
Clickinfo.co.id, BANDARLAMPUNG - Festival Krakatau (FK) Lampung XXXIII Tahun 2023, atau K-Fest 2023, resmi dihelat 7-8 Juli 2023.
Sesuai latar belakang, maksud dan tujuan penyelenggaraannya sejak 33 tahun silam, taja ini diambil dari nama legendaris gunung berapi terkenal di dunia, "Krakatau", yang juga bernama dunia "Krakatoa", kepulauan vulkanik yang secara geografis meletak di perairan Selat Sunda antara Sumatera dan Jawa.
Secara administratif, wilayahnya berada di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Indonesia.
Lalu, secara vulkanologis dinyatakan masih berstatus aktif hingga kini. Dan, per geologis pada sekitar area letusan menimbulkan munculnya empat pulau kecil yakni Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil (Pulau Panjang), Pulau Anak Krakatau, dan Pulau Sertung, berasal dari sistem gunung berapi tunggal Krakatau era lampau. Dan dalam sejarahnya kemudian melahirkan gunung berapi baru sama jenis yaitu kaldera vulkanik, Gunung Anak Krakatau, atau GAK.
Yang untungnya hingga saat artikel ini tiba di ruang digital anda, sekadar "batuk" istilah awam, terhitung jinak dan kata banyak orang "amit-amit jabang bayi" jangan sampai berubah, galak. Sebelum, seperti pernah ahli sebut, berkemungkinan baru akan meletus dahsyat sekira tahun 2325 mendatang.
Demi mengenang, diketahui dari sejumlah literatur sejarah dan prediksi ahli, kawasan Gunung (kini Anak) Krakatau di Selat Sunda, bermula terdapatnya gunung sangat besar di sini dan akhirnya meletus dahsyat sisakan sebuah kawah besar (kaldera) yang disebut juga Gunung Krakatau Purba, yang tersusun dari bebatuan andesitik, induk dari Gunung Krakatau yang meletus tahun 1883.
Prediksi menyebut, letusan Krakatau Purba terjadi 416 Masehi, merujuk antara lain tafsir kitab pedalangan Pustaka Raja Purwa, yang di dalamnya mengisahkan, “... ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia.
Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara mengalir ke timur menuju Gunung Kamula. Ketika air menenggelamkannya, Pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan Pulau Sumatera."
Geolog Berend George Escher, beberapa ahli lain, berpendapat kejadian diceritakan, berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang tekstual disebut Gunung Batuwara. Sebut Pustaka Raja Purwa, tinggi Krakatau Purba ini hingga 2 ribu meter di atas permukaan laut (mdpl), lingkaran pantai mencapai 11 kilometer (km).
Disebut, letusan 416 Masehi berlangsung 10 hari ini berakibat hancurnya tiga per empat tubuh Krakatau Purba hingga menyisakan kaldera di Selat Sunda, sisi atau tepi kawah kini dikenal sebagai empat pulau kecil itu, kecepatan muntahan massanya mencapai satu juta ton/detik, letusannya membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, juga menurunkan temperatur bumi hingga 5-10 derajat selama 10-30 tahun pascaletusan.
Letusan 416 Masehi dituding biang dari setidaknya tujuh peristiwa: tahun kegelapan muka bumi, wabah sampar ulah penurunan suhu bumi yang signifikan kurangi jumlah penduduk bumi, andil berakhirnya kejayaan Persia purba, berakhirnya peradaban Arab Selatan, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium, punahnya kota besar Maya, Tikal dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki.
Semirip, taja festivalnya yang setiap tahun ada saja simpanan teka-tekinya bukan silang tetapi kadang meruncing saling silang pendapat meruyak kontroversinya?
Simak terus Kyay. Bersambung. (Muzzamil)
Comments (0)
There are no comments yet