Temuan Benda Kuno Ungkap Bukti Baru Keberadaan Kerajaan Sriwijaya

Temuan Benda Kuno Ungkap Bukti Baru Keberadaan Kerajaan Sriwijaya
Ket Gambar : Penemuan canang batu dengan ukiran naga, gong batu, dan batu giog segi delapan di beberapa lokasi di Sumatera Selatan dan Lampung menjadi sorotan. | Ist

Clickinfo.co.id – Penemuan canang batu dengan ukiran naga, gong batu, dan batu giog segi delapan di beberapa lokasi di Sumatera Selatan dan Lampung menjadi sorotan. 

Akademisi dan peneliti budaya, Dr. (Cand) Hasyimkan, S.Sn., M.A., dari FKIP Universitas Lampung, mengungkapkan bahwa temuan-temuan purbakala ini, bersama dengan artefak lain, memperkuat dugaan keberadaan Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Nagara Malaya.

Hasyimkan membeberkan temuan canang batu dan arca batu berbentuk raja di Situs Atar Genting Tinggi Hari Talang Sejemput, Kecamatan Pagar Gunung, dekat Kute Abung Lawangan Tinggi, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. 

Arca tersebut digambarkan memiliki gelang di kedua tangan dan kalung di lehernya.

Penelitian Hasyimkan, yang dilakukan selama 14 tahun dengan metode kualitatif pendekatan etnografi autobiografi, menggabungkan data lapangan dan memori pribadi sebagai keturunan langsung dari sejarah yang diteliti. 

Ia adalah keturunan Puyang Laya dari Saung Naga Baturaja, yang disebut sebagai pewaris sejarah besar pada masanya.

"Puyang kami adalah keturunan Dewa, yaitu Raja Melayu yang terhubung ke Palembang, Prabumulih, serta Cirebon Jawa Barat," ujar Zulkipli SE, MM, kakak sepupu Hasyimkan, yang mendapat mandat meneruskan trah Puyang Laya.

Menurut Hasyimkan, canang berukiran naga dan meja batu segi delapan yang tembus sinar, serta kelengkapan budaya lainnya, adalah bukti sejarah Puyang Laya dan Maya, atau Raja dan Ratu, sebagai cikal bakal Raja Diraja Punt Hyang Sri Jayanaga dari Nagara Malaya yang sudah ada sejak 6000 SM, cikal bakal Kerajaan Sriwijaya. 

Hal ini didukung oleh Prasasti Baturaja, Telaga Batu-Talang Tuo 684 Masehi, yang merupakan bagian dari Prasasti Sriwijaya.

Beberapa lokasi penelitian penting meliputi Kecamatan Pagar Gunung Lahat, Baturaja, situs Gua Putri/Gua Harimau OKU Sumatera Selatan. 

Di Pagar Gunung, ditemukan banyak situs sejarah seperti Batu Macan, Rumah Bahi, Putri Emban Tapih, Puyang Mandala, Nisan Kuda Naga Api, Batu Gong, Canang Batu, Gendang Batu, dan Batu Putri, serta berbagai gua.

Yang paling menonjol adalah legenda Putri Dayang Merindu di daerah Atar Genting Tinggi Hari, dekat Gua Laya.

Di sana terdapat pemakaman raja-raja, lukisan raja dan ratu di dinding lereng Gunung Batu, termasuk tiang gong berukiran naga, situs persembahyangan Laya, dan situs Gua Laya yang disebut Kedaton.

Hasyimkan juga menyoroti keberadaan musik Lokananta atau musik Surgawi di Pagar Gunung, yang disebut dapat berbunyi sendiri. 

Ritme musik ini ditemukan dalam musik Nyambai di Lampung, Tagonggong di Sangihe Sulawesi Utara, dan Reba Bell di Lasa, Tibet. 

Sementara itu, gendang batu, gong batu, dan canang batu ditemukan langsung di lereng Gunung Batu, Kecamatan Pagar Gunung.

Canang berukiran naga, yang diperkirakan berusia ribuan tahun, ditemukan kembali di Talang Padang, Kabupaten Tanggamus, Lampung, milik Mustafa yang kini dirawat putrinya, Amelia Sauga.

Sungai Laya, yang merupakan anak Sungai Ogan, memiliki muara di Kota Baturaja. Latar belakang Sungai Laya adalah satu kesatuan dengan Sungai Ogan, yang mengalir di seluruh provinsi Sumatera Selatan. 

Peradaban awal dan besar Sungai Ogan terletak di situs Gua Putri dan Gua Harimau dengan tokoh utama Puyang Laya. 

Hasyimkan menyebut situs ini sebagai tanah LAMA dan cikal bakal bangsa Malaya/Melayu, yaitu Laya-Malaya-Himalaya.

Keturunan Puyang Laya banyak menyebar di daerah aliran Sungai Laya dan Saung Naga Baturaja, di Lampung, Sumbagsel, Indonesia, bahkan hingga Himalaya. Mereka berasal dari daerah Tangga Batu Pagar Gunung Lahat.

Dalam legenda yang tertulis dalam buku "Cerita Rakyat Daerah Sumatera Selatan" (1984), diceritakan bahwa Laya adalah sosok yang terus membantu dan tinggal di sebuah gua yang dikenal sebagai Gua Laya di Ilir Gunung Agung Pagar Gunung. 

Laya diyakini masih muncul sewaktu-waktu, baik di Pagar Gunung maupun di Indra Laya, terutama saat diperlukan perlawanan terhadap musuh.

"Benda purbakala ini suatu saat akan menjadi satu dan berkumpul di Pagar Gunung sebagai Ibukota Nagara Malaya Kerajaan Sriwijaya. Dengan yakin dan percaya, inilah Kerajaan Sriwijaya yang menjadi kebanggaan bangsa Malaya Indonesia," tutup Hasyimkan.

Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment