Ada Si Neng, Pramusaji Tahu Sumedang dan Ubi Cilembu Rest Area KM 97 Purwakarta
-
Muzzamil
- 05 March 2023

Clickinfo.co.id, PURWAKARTA, JAWA BARAT - Perlahan memasuki Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP) A, Rest Area KM 97 Purwakarta, tepi ruas Tol Cipularang arah Jakarta, sekitar 7 kilometer dari Gerbang Tol dan Simpang Susun Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Sabtu (4/3/2023), sedari perjalanan darat dari kota kembang Bandung, Jawa Barat.
Saat tiba, pasang mata pewarta tertambat, memicing pada tulisan mencolok sembari eja, Tahu Sumedang dan Ubi Cilembu, di sudut kiri kompleks sentra gerai makanan minuman dekat area toilet umum Rest Area.
Keterkenalan dua panganan tradisional asal Sumedang, wilayah kabupaten peninggalan Kerajaan Sumedang Larang di era lampau, berjarak 45 km timur laut Kota Bandung ini, yang satu kuliner dikenal dari kisah Ong Kino, imigran Tiongkok yang buat panganan dari kacang kedelai yang ruah melimpah di situ, dibikin bubur untuk istri yang kangen menu tradisional kampung halaman di Negeri Tirai Bambu, tahun 1900 Masehi. Hingga 113 tahun kelak kita mengenalnya sebagai enak, kotanya pun tenar kota tahu.
Dan yang satu, panganan ubi jalar jenis ubi madu diambil dari nama desa asalnya, Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, ada sejak era perkebunan rezim kolonial Hindia Belanda, dikenal mulai tahun 1975, terkenal berkat dibakar menghasilkan cairan keemasan lengket manis bak madu, semakin terkenal berkat inovasi riset cara pengolahannya oleh mahasiswa Universitas Padjadjaran pada tahun 1980, dengan cara dipanggang dalam oven, ubi Cilembu.
Usai memesan beberapa porsi kiloan, untuk dilahap di tempat dan untuk oleh-oleh, tak sabar cicipi, nikmat enak laju kenyang itu ternyata bukan mitos bukan ceritera ala serba "katanya, katanya".
Namun nyatanya, sembari pandangan ke langit cerah Purwakarta singgah setengah jam Sabtu siang itu, enaknya nampol!
Si Eneng, sebut saja demikian, menyapa dara manis berhijab pramusaji gerai Tahu Sumedang dan Ubi Cilembu Rest Area KM 97 Purwakarta ini, menjawab seingatnya.
Ia lupa kapan pertama kali gerainya buka. Ancar-ancar ia, gerai 24 jam itu buka kali pertama bersamaan rest area favorit warga pelintas tol ini beroperasi pertama kali. Itu berarti, pada 2010 silam, atau 5 tahun sejak Jalan Tol beroperasi tahun 2005.
"Iya, ubi Cilembu ini untuk yang matang satu kilo Rp25 ribu, yang mentah Rp20 ribu. Ini langsung dikirim dari Desa Cilembu sana. Nggak, saya karyawan disini. Penjualannya? Sekarang seminggu kurang lebih satu ton pengiriman, kalau dihitung satu bulan tiga ton sampai hampir empat ton. Karena dia ada penyusutan kan," penjelasan berharga si Eneng, sembari membungkuskan.
Gagal didapat nama dirinyi, si Eneng ramah sepanjang sekejap didalami ihwal si ubi. "Bilang aja Tahu Sumedang dan Ubi Cilembu Kilometer 97 dah gitu aja. IG? Gak punya," sahut si Eneng tersipu, mengiyakan promosi tradisional dahsyat dari mulut ke mulut masih satu-satunya pelumat selera.
Di sepanjang perjalanan macet akhir pekan, langit pun semburat menghitam, sembari menggigit satu demi satu tahu Sumedang berikut se-rawit rawit cabainya dihantam, hati pun membatin. "Semoga laris manis terus ya, Neng?" (Muzzamil)
Comments (0)
There are no comments yet